Arsip untuk Maret, 2009

(Masih) tentang Angin

Posted in ceritaku, ilmu, obrolan with tags , , , on Maret 25, 2009 by novasha

Setelah kemarin membahas tentang angin-anginan di Four Seasons, saya jadi pengen nulis tentang angin lagi. Tapi, kali ini saya ingin mencoba membahas tentang “angin si bapak” (selanjutnya disebut kentut) dipandang dari kaca mata ilmiah. Jangan merasa jijik dulu, ini perlu juga kita ketahui, secara ga ada manusia yang ga pernah kentut. Hm,,setelah mengumpulkan referensi dari berbagai sumber, akhirnya saya bisa menulis tentang yang satu ini.

Jadi, si kentut  itu berasal dari gas dalam usus. Gas dalam usus berasal dari udara yg kita telan, gas yang menerobos ke usus dari darah, gas dari reaksi kimia, atau bisa juga  gas dari bakteri dalam perut. Makin banyak udara yang kita telan, makin banyak pula kadar nitrogen dalam kentut (oksigen dari udara terabsorbsi oleh tubuh sebelum sampai di usus). Adanya bakteri serta reaksi kimia antara asam perut dan  cairan usus menghasilkan karbondioksida. Bakteri juga menghasilkan metana dan hidrogen. Proporsi masing-masing gas tergantung apa yang kita makan, berapa banyak udara tertelan, jenis bakteri dalam usus, serta berapa lama kita menahan kentut. Makin lama menahan kentut, makin besar proporsi nitrogen, karena gas-gas lain terabsorbsi oleh darah melalui dinding usus.

Oiya, sebagai informasi saja, orang yang makannya tergesa-gesa kadar oksigen dalam kentut lebih banyak karena tubuhnya tidak sempat mengabsorbsi oksigen.

Saat kentut, terkadang disertai bunyi-bunyian seperti “tuuut” atau “bruuut” atau “tiiiit” atau “preeet” atau “brooot” atau bahkan cuma “beees” aja? Jadi, apa suara kentutmu? Hehe. Kenapa bisa bunyi gitu ya? Jawabannya ya karena adanya vibrasi lubang anus saat kentut diproduksi. Kuat-lemahnya bunyi tergantung pada kecepatan gas dan luas penampang lubang anus.

Jenis makanan dari kacang-kacangan berperan dalam memproduksi volume kentut ini. Mengapa makan kacang-kacangan menyebabkan banyak kentut? Kacang-kacangan mengandung zat gula yg tidak bisa dicerna tubuh. Gula tsb (raffinose, stachiose, verbascose) jika mencapai usus, bakteri di usus langsung berpesta pora & membuat banyak gas. Jagung, paprika, kubis, kembang kol, susu juga penyebab banyak kentut (bukan baunya).

Ciri khas lain dari kentut yang tidak boleh dilupakan adalah aroma khasnya. Alamak…siapa sih yang ga kenal aromanya? Lalu kenapa juga bisa ada aroma-aroma yang ‘sedaaap’ itu? Hal ini disebabkan kentut mengandung hidrogen sulfida dan merkaptan, dimana kedua senyawa ini mengandung sulfur (belerang). Makin banyak kandungan sulfur dalam makanan kita, makin banyak sulfida dan merkaptan diproduksi oleh bakteri dalam perut, yang kemudian akan berimbas pada makin busuknya aroma kentut.

Lalu, kenapa kentut yang busuk itu hangat dan tidak bersuara? Salah satu sumber kentut adalah bakteri. Fermentasi bakteri dan proses pencernaan memproduksi panas, hasil sampingnya adalah gas busuk.  Ukuran gelembung gas lebih kecil, hangat dan jenuh, dengan produk metabolisme bakteri yang berbau busuk. Ini kemudian menjadi kentut, walau volumenya kecil, justru kentut ini yang “mematikan” orang-orang di sekitar kita (Silent But Deadly).

Telur dan daging punya peran besar dalam memproduksi bau busuk kentut.

Nah, di bawah ini ada beberapa tanya-jawab soal kentut yang konyol tapi menggelitik rasa ingin tahu kita.

Berapa banyak kentut diproduksi dalam sehari?
Rata-rata setengah liter sehari dalam 14 kali kentut.

Berapa waktu yang diperlukan oleh kentut untuk melakukan perjalanan ke hidung orang lain?
Tergantung kondisi udara, seperti kelembaban, suhu, kecepatan dan arah angin, berat molekul gas kentut, jarak antara ‘transmitter’ dengan ‘receiver’. Begitu meninggalkan sumbernya, gas kentut menyebar dan konsentrasinya jadi berkurang. Kalau kentut tidak terdeteksi dalam beberapa detik, berarti mengalami pengenceran di udara dan hilang ditelan udara selama-lamanya. Kecuali kalau kentut di ruang sempit, seperti di lift atau mobil, konsentrasinya lebih banyak, sehingga baunya akan tinggal dalam waktu lama sampai akhirnya diserap oleh dinding. Menurut survey, kentut tidak menimbulkan efek bau ini jika ‘receiver’ lagi pilek.

Apakah setiap orang kentut?
Ya iya lah, selama masih hidup tentunya. Sesaat setelah meninggal pun orang masih bisa kentut lho.

Laki-laki kentut lebih sering daripada perempuan?
Tidak ada kaitannya dengan gender. Belum ada penelitian yang membuktikan kebenaran statement di atas.

Pada saat seperti apa biasanya orang kentut?
Pagi hari di toilet, yang disebut “morning thunder”. Kalau resonansinya bagus, bisa kedengaran di seluruh penjuru rumah dan seantero kampung.

Kemana perginya gas kentut kalau ditahan tidak dikeluarkan?
Kalau kentut ditahan-tahan dan tidak dikeluarkan, gas kentut akan bermigrasi ke bagian atas menuju usus, yang pada gilirannya akan keluar juga. Jadi bukan lenyap, hanya mengalami delay saja. Nah, kalau gas itu dikeluarkan, bisa menyebabkan orang-orang di sekitar produsen yang menghirup gasnya jadi  terkapar tak berdaya, karena aroma menusuk nan tajam yang dikeluarkan.

Kentut bisa terbakar?
Bisa saja. Kentut mengandung metana, hidrogen yg combustible (gas alam mengandung komponen ini juga). Kalau terbakar, nyalanya berwarna biru karena kandungan unsur hidrogen. Tapi saya sendiri belum  membuktikannya, kalau ada yang mau mencoba silakan aja, kalau berhasil jangan lupa kasi kabar.

(dari berbagai sumber)


Angin dan Empat Musim

Posted in ceritaku, liputan, obrolan with tags , , on Maret 24, 2009 by novasha

Angin. Ini adalah cerita tentang angin. Cerita tentang sesuatu yang menggelitik ,tentang angin, tentang “empat musim”.

Angin, apakah angin? Dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang saya peroleh sejak duduk di bangku SD, angin didefinisikan sebagai udara yang bergerak. Angin sejuk sepoi-sepoi yang berhembus melalui kisi-kisi jendela pada siang hari membuat kita terbuai, hingga beberapa saat kemudian, disadari atau tidak kelopak mata mulai merapat. Halah.

Tapi kali ini saya sedang tidak ingin berpanjang-lebar menjelaskan tentang angin dari kaca mata ilmiah. Tidak juga ingin membahas tentang angin sepoi-sepoi yang menghanyutkan. Saya hanya ingin berbagi tentang curahan hati saya yang sejujurnya.

Kemarin, saat sedang bertugas “menguntit” Menteri Keuangan RI (untuk selanjutnya disebut “Bu Menteri”) ke hotel empat musim alias Four Seasons Hotel yang ada di bilangan Jakarta Pusat, saya dibuat terheran-heran dan terbengong-bengong. Apa pasal? Yah, yang jelas masih ada hubungannya dengan angin-anginan lah. Berikut kronologi ceritanya.

Suasana hiruk pikuk waktu itu. Orang-orang penting itu sibuk mondar-mandir, nelpan-nelpon, cengengas-cengenges, ngobral-ngobrol, dan lain-lain kesibukan lainnya. Saya sendiri sedang membaca-baca bahan yang sebelumnya telah diberikan oleh panitia acara. Sambil mengecek voice recorder, saya lihat di kursi sebelah ada seorang mas wartawan yang juga sedang sibuk dengan comunicatornya. Lalu saya kembali asik dengan kesibukan semula, berkutat dengan makalah-makalah berbahasa Inggris yang membahas tentang kondisi perekonomian global terkini. Saya tidak tahu persis apa yang dibahas di situ, tapi daripada bengong dan terlihat bodoh, lebih baik pura-pura ngerti dan pasang tampang dipinter-pinterin.

Tak ada hujan tak ada badai, tiba-tiba ”bruutt..bruutt..bruutt..” dari arah belakang terdengar tiga kali suara yang identik. Spontan, saya dan mas wartawan tadi menoleh ke belakang. Saat kedua pasang mata kami bertemu, yang terlihat adalah tampang oon kami satu sama lain. Selain tampang takjub itu, saya melihat ada juga tatapan menuduh yang terkandung dalam pandangan mas wartawan tadi saya juga ding. Dari situ saya bisa menarik kesimpulan bahwa kami telah menjatuhkan tuduhan pada seorang bapak berkemeja biru yang baru saja lewat. Si tersangka pun dengan perasaan tak berdosa segera berlalu dan menghilang di kerumunan orang.

Wow! Ternyata orang penting juga manusia. Dia bisa juga mengeluarkan suara dari penjuru belakang tubuhnya. Buang angin memang manusiawi, tapi bukankah harus memperhatikan situasi dan kondisi juga? Angin itu bisa saja mengganggu orang lain kan? Wah..wah..secara di hotel mewah, dengan orang-orang penting di dalamnya, berani-beraninya bapak itu. Sempat kesal juga dengan ulah bapak tadi. Tapi kemudian saya mencoba berbaik sangka dengan sedikit menghilangkan perasaan menuduh. Mungkin saja bapak tadi sedang menderita sakit perut yang cukup serius, dan sebenarnya beliau ingin segera menuju toilet, tapi karena sudah mendesak, akhirnya si angin keluar tanpa meminta persetujuan dari si empunya. Tapi tetap saja, saya masih merasa bahwa di hotel mewah dilarang kentut di depan umum, hihihi.

Beberapa saat setelah kejadian itu, acara seminar dimulai, dengan menghadirkan Bu Menteri sebagai keynote speakernya. Kami mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Lima menit..sepuluh menit..dua puluh menit.. dan akhirnya setelah kurang lebih satu jam mengikuti jalannya acara, kami -saya dan ketiga rekan saya– segera berkemas untuk kembali ke kantor. Melangkahkan kaki keluar dari pintu hotel, lagi-lagi saya masih harus berurusan dengan angin. Bukan angin bapak tadi, kali ini benar-benar angin. Di luar hujan deras mengguyur jalanan, disertai dengan angin kencang dan petir menyambar nyambar. Benar-benar ada angin di empat musim.