Arsip untuk liputan

Angin dan Empat Musim

Posted in ceritaku, liputan, obrolan with tags , , on Maret 24, 2009 by novasha

Angin. Ini adalah cerita tentang angin. Cerita tentang sesuatu yang menggelitik ,tentang angin, tentang “empat musim”.

Angin, apakah angin? Dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang saya peroleh sejak duduk di bangku SD, angin didefinisikan sebagai udara yang bergerak. Angin sejuk sepoi-sepoi yang berhembus melalui kisi-kisi jendela pada siang hari membuat kita terbuai, hingga beberapa saat kemudian, disadari atau tidak kelopak mata mulai merapat. Halah.

Tapi kali ini saya sedang tidak ingin berpanjang-lebar menjelaskan tentang angin dari kaca mata ilmiah. Tidak juga ingin membahas tentang angin sepoi-sepoi yang menghanyutkan. Saya hanya ingin berbagi tentang curahan hati saya yang sejujurnya.

Kemarin, saat sedang bertugas “menguntit” Menteri Keuangan RI (untuk selanjutnya disebut “Bu Menteri”) ke hotel empat musim alias Four Seasons Hotel yang ada di bilangan Jakarta Pusat, saya dibuat terheran-heran dan terbengong-bengong. Apa pasal? Yah, yang jelas masih ada hubungannya dengan angin-anginan lah. Berikut kronologi ceritanya.

Suasana hiruk pikuk waktu itu. Orang-orang penting itu sibuk mondar-mandir, nelpan-nelpon, cengengas-cengenges, ngobral-ngobrol, dan lain-lain kesibukan lainnya. Saya sendiri sedang membaca-baca bahan yang sebelumnya telah diberikan oleh panitia acara. Sambil mengecek voice recorder, saya lihat di kursi sebelah ada seorang mas wartawan yang juga sedang sibuk dengan comunicatornya. Lalu saya kembali asik dengan kesibukan semula, berkutat dengan makalah-makalah berbahasa Inggris yang membahas tentang kondisi perekonomian global terkini. Saya tidak tahu persis apa yang dibahas di situ, tapi daripada bengong dan terlihat bodoh, lebih baik pura-pura ngerti dan pasang tampang dipinter-pinterin.

Tak ada hujan tak ada badai, tiba-tiba ”bruutt..bruutt..bruutt..” dari arah belakang terdengar tiga kali suara yang identik. Spontan, saya dan mas wartawan tadi menoleh ke belakang. Saat kedua pasang mata kami bertemu, yang terlihat adalah tampang oon kami satu sama lain. Selain tampang takjub itu, saya melihat ada juga tatapan menuduh yang terkandung dalam pandangan mas wartawan tadi saya juga ding. Dari situ saya bisa menarik kesimpulan bahwa kami telah menjatuhkan tuduhan pada seorang bapak berkemeja biru yang baru saja lewat. Si tersangka pun dengan perasaan tak berdosa segera berlalu dan menghilang di kerumunan orang.

Wow! Ternyata orang penting juga manusia. Dia bisa juga mengeluarkan suara dari penjuru belakang tubuhnya. Buang angin memang manusiawi, tapi bukankah harus memperhatikan situasi dan kondisi juga? Angin itu bisa saja mengganggu orang lain kan? Wah..wah..secara di hotel mewah, dengan orang-orang penting di dalamnya, berani-beraninya bapak itu. Sempat kesal juga dengan ulah bapak tadi. Tapi kemudian saya mencoba berbaik sangka dengan sedikit menghilangkan perasaan menuduh. Mungkin saja bapak tadi sedang menderita sakit perut yang cukup serius, dan sebenarnya beliau ingin segera menuju toilet, tapi karena sudah mendesak, akhirnya si angin keluar tanpa meminta persetujuan dari si empunya. Tapi tetap saja, saya masih merasa bahwa di hotel mewah dilarang kentut di depan umum, hihihi.

Beberapa saat setelah kejadian itu, acara seminar dimulai, dengan menghadirkan Bu Menteri sebagai keynote speakernya. Kami mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Lima menit..sepuluh menit..dua puluh menit.. dan akhirnya setelah kurang lebih satu jam mengikuti jalannya acara, kami -saya dan ketiga rekan saya– segera berkemas untuk kembali ke kantor. Melangkahkan kaki keluar dari pintu hotel, lagi-lagi saya masih harus berurusan dengan angin. Bukan angin bapak tadi, kali ini benar-benar angin. Di luar hujan deras mengguyur jalanan, disertai dengan angin kencang dan petir menyambar nyambar. Benar-benar ada angin di empat musim.